Hadirin yang saya hormati, teman-teman yang saya banggakan. Pencapaian
kita selama ini, kita sampai pada titik ini bukanlah semata karena kerja keras
dan perjuangan kita sendiri, melainkan ini semua atas anugerah Allah SWT dan
juga doa tulus yang senantiasa mengalir dari kedua orang tua kita.
Saat saya berada di titik ini, maka ini bukanlah kisah
seorang mahasiswa dengan prestasinya. Tapi ini adalah kisah seorang ibu hebat
yang selama 22 tahun seorang diri, membesarkan, mendidik, dan juga merawat
anak-anaknya. Seorang ibu yang harus mencari nafkah setiap hari, masih juga
harus memasak dan mencuci.
Seorang ibu yang dengan hasil keringatnya sendiri mampu membiayai
dan mengantarkan anaknya menjadi sarjana di perguruan tinggi. Dialah ibu saya.
Dialah ibu kebanggaan saya. Semoga Allah memanjangkan usianya, amin.
Kawanku semua, setiap orang tua kita pasti punya kisah
perjuangannya sendiri. Mereka tak pernah lelah untuk mengumpulkan rupiah agar
anak-anaknya bisa belajar di bangku kuliah. Meskipun tak jarang kita semua
terkadang lalai dan lengah.
Di balik perjuangan dan doa tulus merek ada juga para guru
dan para dosen yang senantiasa yang tak pernah surut semangatnya menunjukkan
arah dan petuah. Meski kita sering datang terlambat, mengumpulkan tugas telat,
bapak dan ibu dosen tetap semangat. Tetap setia mendampingi proses belajar
kita.
Beribu ucapan terimakasih mungkin tak akan pernah cukup
membalas kasih sayang dan juga ketulusan kedua orang tua serta bapak dan ibu
dosen kita. Hanya untaian doa yang tulus dari dasar lubuk hati kami, semoga
orang tua, para guru dan para dosen kita senantiasa mendapatkan limpahan
rahmat, senantiasa dalam keadaan sehat dan dipanjangkan usianya untuk selalu
berbuat ketaatan dan menebar manfaat, amin allahumma amin.
Kampus IPMAFA, rumah kedua kita, tempat di mana kita
belajar, berkarya, berorganisasi, berprestasi dan mengekspresikan diri.
Terimakasih IPMAFA. Terimakasih atas segala ilmu dan pengalaman yang mungkin
tak akan kami dapatkan di tempat lain. Terimakasih kepada seluruh civitas
akademika, karyawan dan pegawai yang telah melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya demi kelancaran studi kami semua. Semoga menjadi amal kebaikan
yang akan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Bapak Ibu yang kami hormati.
Saya mewakili teman-teman wisudawan-wisudawati juga ingin
menyampaikan permohonan maaf dari lubuk hati kami yang terdalam kepada semua
pihak atas perilaku dan tutur kata yang mungkin pernah menyinggung atau tidak
berkenan di hati. Utamanya kepada kedua orang tua dan para dosen kami. Kami
tidak pernah sekalipun berniat melukai hati Bapak/Ibu. Akan tetapi karena kami
masih belajar mengendalikan diri, tak jarang perilaku kami melewati batas,
hingga tak sadar hal itu menyakiti hati Bapak/Ibu.
Sungguh, ridha dari Bapak/Ibu lebih kami butuhakan daripada
ijazah yang ada di tangan. Oleh karena itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Untuk teman-temanku seperjuangan. Momen wisuda ini memang
amat menggembirakan dan telah lama kita nanti-nantikan. Namun hendaknya
tidaklah kita lupakan bahwa hari ini menjadi titik awal kita untuk berkarya dan
terus belajar di dunia yang sesungguhnya. Adalah tugas kita semua untuk
mewarnai dan juga berkontribusi kepada masyarakat dengan bekal keilmuan yang
telah kita dapatkan di kampus tercinta kita ini.
Tak perlu berkecil hati dengan tantangan dan persaingan yang
semakin keras. Sebagai lulusan perguruan tinggi berbasis pesantren kita justru
harus mempu menunjukkan kemampuan dan karakter santri yang mudah beradaptasi,
punya etos kerja yang tinggi serta semangat dan daya juang untuk berkarya demi
menggapai ridha Ilahi. Tidak peduli era insdustri, era society, disrupsi atau
lainnya.
Dimanapun dan kapanpun, selama kita menjunjung tinggi
nilai-nilai pesantren, selama kita mampu berpegang dan mengimplementasikan 10 Nilai
Dasar Shalih Akram yang kita pelajari kita akan mampu survive, bertahan
dan bersaing dalam menghadapi tantangan apapun yang ada di hadapan kita.
Satu lagi, setelah kita menggapai ilmu, jangan pernah
lupakan adab. Orang tidak akan melihat seberapa pandai kita sebagai lulusan
IPMAFA, yang mereka lihat adalah bagaimana bersikap, berperilaku dan
bertatakrama. Untuk apa ilmu yang tinggi jika tidak pandai menghargai dan
menghormati.
Mengutip dawuh Ibnul Mubarok: Nahnu ila qalilin minal
adab, ahwaju minna ila katsirin minal ‘ilm. Sejatinya kita itu lebih lebih
membutuhkan adab dan tata krama meskipun itu sedikit. Daripada ilmu yang banyak
tapi tanpa disertai dengan adab. Dan sebagaimana kata peradaban itu berakar
dari kata adab, maka marilah kita berkontribusi dengan menjunjung tinggi adab
untuk membangun peradaban agama dan juga bangsa kita.
Hadirin yang dirahmati Allah, demikian yang bisa saya
sampaikan. Saya Irfatin Maisaroh, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa
Arab, memohon maaf apabila dalam penyampaian ini terdapat beberapa kekeliruan,
kekurangan dalam ucapan maupun perbuatan.
Terimakasih atas perhatian Bapak, Ibu dan kawabku semua.
Hadanallau waiyyakum.
0 Comments