Berita IPMAFA- Sejak diterbitkannya Surat Edaran (SE)
Nomor: 56/90/IPMAFA/III/2020, Tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19, Institut
Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati meniadakan kuliah tatap muka secara
langsung sejak tanggal 16-31 Maret 2020 dan akan dievaluasi secara berkala
sesuai perkembangan yang berlaku.
Dalam SE tersebut disampaikan bahwa proses perkuliahan bisa dilaksanakan
secara daring/online, penugasan, atau menggunakan metode pembelajaran lain yang
tidak menggunakan tatap muka secara langsung.
Dosen juga diharuskan melakukan monitoring absensi perkuliahan
dengan mengirimkan hasil absensi kepada fakultas melalui email fakultas@ipmafa.ac.id
setiap seminggu sekali.
Mengenai perkuliahan daring, Wakil Rektor I Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan IPMAFA Dr. A. Dimyati, M.Ag menuturkan apliaksi yang
digunakan bisa dipilih sesuai kesepakatan dosen dan mahasiswa.
Dimyati menggarisbawahi prinsip metode atau pendekatan yang
ditentukan bisa dipilih selama tidak menghilangkan substansi untuk belajar. “Maka
saya sampaikan kepada mahasiswa sebelum kuliah tatap muka kemarin ditutup itu,
(kuliah) ini bukan diliburkan tapi dirubah cara belajarnya, bukan atau jangan
disikapi sebagai kuliah libur,” tegas Dimyati.
Jika menilik dari konsep pendidikan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, menurut Dimyati hal ini sebenarnya merupakan
kondisi yang biasa, hanya karena selama ini para pelaku pendidikan lebih
mendominasi dengan tatap muka, ditambah dengan kondisi yang darurat, maka
konsep menteri pendidikan tampak seperti baru.
Dimyati menuturkan, terdapat sisi positif dari dampak Covid-19
dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini justru membiasakan dosen dan mahasiswa memakai
metode lain yang melengkapi pelaksanaan pembelajaran.
“Akhirnya dosen dan mahasiswa dipaksa untuk menerapkan
kuliah dengan menggunakan metode teleconference, daring, atau menggunakan
aplikasi-apliaksi daring. Dulunya kuliah hanya dipahami di kelas, ternyata
sekarang tidak sesempit itu,” terang Dimyati.
Selain hal positif tersebut, juga ditemui beberapa kendala-kendala
lain seperti mahasiswa yang tidak mempunyai paket data, bahkan pemakalah yang
tiba-tiba menghilangkan jejak, spesifikasi gadgetnya tidak memenuhi standar,
sehingga ada mahasiswa yang meminta menggunakan apliaksi yang sesederhana
mungkin.
Mengenai tingkat kesuksesan pembelajaran, Warek I yang akrab
disapa Pak Dim tersebut mengatakan cukup berhasil dari segi tingginya antusiasme
mahasiswa yang sudah mencoba pembelajaran daring.
“Inikan baru berjalan 2 hingga 3 harian. Kalau dari laporan
para dosen mahasiswa tampak lebih antusias. Misalkan ketika menggunakan
apliaksi google classroom ternyata bisa memicu mahasiswa lebih aktif. Ketika
tatap muka mereka cenderung malu atau takut dengan teman-teman atau dosennya,
namun degan metode ini karena tidak secara tatap muka langsung maka muncullah
keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat,” terang Dimyati.
Meski dikatakan cukup berhasil meningkatkan antusiasme
mahasiswa, Warek I tetap akan melakukan evaluasi evaluasi tingkat
keberhasilannya. Hal ini mengingat pendekatan atau metode tersebut masih pada
tahap penjajakan.
“Diakui ataupun tidak, metode tanpa tatap muka tidak secara
langsung ini terdapat mekanisme kontrol yang lemah, apalagi ketika menggunakan
google classrom tidak tampak orangnya. Ini yang serius siapa, disambi jalan-jalan
siapa kita tidak tahu,” pungkas Dimyati. (Redaksi Ipmafa)
0 Comments