Berita
Ipmafa – Pada
tingkatan praktis terdapat tiga karakteristik masyarakat dalam berperilaku
ekonomi (economic behavior) yang dipengaruhi oleh tingkat keimanan
seseorang, yakni cukup baik, kurang baik, dan buruk.
Demikian disampaikan
Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa),
Maslihan Mohammad Ali,MSI dalam Kaijan Rutin Bulanan Pusat Studi Fatwa (Puswa) pada Senin, 10 Februari 2020.
Maslihan
menjelaskan karakteristik perilaku ekonomi pada tingkatan keimanan yang cukup
baik, maka motif berkonsumsi atau berproduksi seseorang akan didominasi oleh
tiga motif utama yaitu maslahah, kebutuhan, dan kewajiban.
“Artinya
ketika sudah disepakati 15 juta di awal, maka orang itu akan tetap membayar 15
juta meski terjadi
penurunan harga 14 juta di
pasaran. Mungkin dia akan mengatakan kepada
dirinya sendiri, daripada aku dicacat (dicap buruk) selawase (selamanya), mending 1 juta
saya bayarkan,” terang
Maslihan.
Bagi orang yang beriman menurut Maslihan cenderung beranggapan bahwa rezeki merupakan Hak Allah
dalam menetapkannya. Jika terjadi kerugian maka akan dikembalikan kepada diri
sendiri (introspeksi).
“Ia mungkin
akan mengatakan rejeki ora saiki tok, sesok yo ono rejeki (rezeki tidak hanya hari ini, besok
pun juga ada rezeki). Kalau kerugian itu dari ketidaktepatan dalam
menaksir maka ia harus belajar lagi dan menghitung lagi,” terangnya.
Karakteristik
perilaku ekonomi pada tingkatan keimanan kedua yakni kurang baik. Pada tataran
ini motif seseorang tidak hanya didominasi hanya oleh tiga hal di atas, namun
juga ego, rasionalisme (matreallisme) dan keinginan-keinginan yang bersifat
individualistis. “Lha iyo, aku wes rugi kok dikon mbayar (saya sudah rugi kok disuruh bayar),”
paparnya.
Karakteristik
perilaku ekonomi pada tingkatan keimanan kedua yakni yang buruk. Pada tataran
ini motif berekonomi seseorang tentu saja akan didominasi oleh nilai-nilai individualistis
(selfishess), ego keinginan dan rasionalisme.
“Yang
buruk dia malah tidak membayar sama sekali. Namun konsekuensi semua perilaku
akan kembali kepada pelakunya,” pungkasnya.
0 Comments